top of page

Kategori :

Ekskursi ke Restmüllheizkraftwerk EnBW Stuttgart-Münster

Updated: Aug 1, 2019

Sebagai kelanjutan dari diskusi „Ngopi apa Ngopi?“ pada 6 Juli 2019 lalu, kami melakukan kunjungan ke salah satu pabrik pengolahan sampah di Stuttgart. Kunjungan kami ke Restmüllheizkraftwerk EnBW di Stuttgart-Münster diikuti oleh 25 orang peserta, diantaranya pelajar dan warga Indonesia di Stuttgart dan sekitarnya dengan berbagai bidang keahlian. Lebih istimewa lagi karena kunjungan kami ke EnBW ini juga dihadiri oleh Konsuler Jenderal Indonesia yang bertugas di Frankfurt, Bapak Toferry Primanda Soetikno dan Konsuler Ibu Risa Wahyu Surya Wardhani yang memenuhi undangan kami beberapa bulan lalu.


Kunjungan diawali pukul 13.00 dengan dipersilahkannya kami masuk ke ruang presentasi oleh pemandu kunjungan ini, Herr Pietsch. Dengan berbahasa Jerman yang diterjemahkan oleh Bapak Husni Suwandhi, kami mendengarkan presentasi pembukaan seputar sejarah perusahaan, mengapa pabrik pengolahan ini didirikan, penjelasan mengenai teknis pengolahan sampah, seputar pencemaran lingkungan, dan informasi-informasi lainnya.


Herr Pietsch menjelaskan sistem pengolahan sampah

Ya, dari namanya saja sudah bisa ditebak, bahwa pabrik ini mengolah sampah sisa atau Restmüll menjadi listrik. Namun yang istimewa dari pengolahan sampah ini adalah juga sistem Kraft-Wärme-Kopplung atau pengkopelan listrik-panas, dimana panas yang dihasilkan sebagai produk sampingan dihubungkan melalui Fernwärmeübertragung kepada pelanggan agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memanaskan air atau menghangatkan ruangan, sehingga energi dari pembakaran bisa digunakan lebih efisien.


Restmüllheizkraftwerk EnBW yang awalnya merupakan PLTU ini sudah berdiri sejak tahun 1908. Ide mendayagunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar direalisasikan pada tahun 1935 dengan Mineralbad dan Krankenhaus Bad Cannstatt menjadi pelanggan pertamanya. Kemudian pada tahun 1965 sebuah peralihan dari pembakaran batubara ke pembakaran Restmüll menjadi titik awal bagi pengolahan sampah EnBW Stuttgart-Münster.


Kunjungan kami dilanjutkan dengan melihat ruangan pengawas yang aktif beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam sepekan, karena mereka harus selalu siap siaga untuk segera mengambil tindakan apabila terjadi hal yang tidak sewajarnya. Setelah itu Herr Pietsch menunjukkan bagaimana truk pengangkut sampah—yang bisa mencapai 100 truk sehari—ditimbang sebelum dan sesudah menumpahkan muatannya. Di dalam ruangan penyimpan sampah atau Müllbunker, sampah kemudian diaduk menggunakan dua buah lengan derek raksasa yang bisa mencengkeram sampah sebanyak 6 ton dalam satu kali cengkeraman.


Herr Pietsch menunjukkan jendela tungku pembakaran

Pembakaran dengan suhu mencapai 1000°C bisa dilihat melalui celah kecil disamping tungku raksasa, sangat jelas terlihat api merah menyala. Bentuk tungku dirancang sedemikian rupa sehingga pembakaran sampah lama dan sampah baru bisa berjalan efektif dan maksimal. Kemudian sisa pembakaran berupa abu padat atau Schlacke disisihkan dan bisa digunakan sebagai lapisan bawah aspal nantinya.


Abfallverbrennungsanlage atau mesin pembakaran sampah berkapasitas 420.000 ton per tahun ini menerima sampah sisa dari Stuttgart, Esslingen, Rems-Mürr-Kreis, Tübingen, dan Reutlingen, bahkan juga yang dari daerah Bodensee. Nilai pembakaran atau Brennwert dari sampah yang dicampur rata-rata mencapai 3 kWh/kg (sebagai pembanding, rata-rata keperluan listrik di Jerman pada tahun 2018 adalah 7.200 kWh per kepala). Secara keseluruhan, pengolahan sampah ini bisa menghasilkan daya listrik hingga 164 Megawatt dan daya panas hingga 450 Megawatt.


Hal penting yang menjadi perhatian bagi pengolahan sampah ini adalah limbah gas sisa pembakaran. Limbah gas yang bersifat polutan diantaranya NO_x, SO_x, CO, CO_2 dan lain-lain. Untuk gas sisa pembakaran harus melalui beberapa tahap sebelum dibuang ke atmosfer: 1) Staubabscheidung atau penyaringan debu terbang dengan bantuan alat elektomagnetik; 2) Rauchgaswaschanlage, pencucian asap pembakaran dengan NaOH dan karbon aktif untuk menyaring sisa abu berupa garam; 3) KAT-Anlage untuk mengurai zat organik; 4) Schornstein, cerobong asap setinggi 180 m.

Foto bersama setelah keliling pabrik

Kunjungan kami berakhir pada pukul 15.45 yang diakhiri dengan foto bersama-sama. Kami berharap pengolahan sampah dengan metode yang benar bisa diwujudkan juga di Indonesia, sehingga sampah tidak hanya ditumpuk dan dibiarkan, tetapi agar bisa dikelola, didaur ulang, dijadikan kompos, atau dibakar untuk dijadikan energi listrik atau panas yang membawa manfaat. Salam Perhimpunan!

Muhammad Arrayyaan

119 views0 comments
bottom of page